KEMUKJIZATAN DALAM AL-QUR’AN

Minggu, 08 Juni 2014

BAB I
PENDAHULUAN
Alam yang luas dan dipenuhi makhluk-makhluk Allah ini; gunung-gunungnya yang menjulang tinggi, samuderanya yang melimpah, dan daratannya yang menghampar luas, (menjadi kesil) di hadapan makhluk yang lemah, seperti manusia. Yang dimikian disebabkan Allah telah menganugerahkan kepadanya berbagai keistimewaan, dan memberinya kekuatan berpikir yang mampu menembus segala sisi untuk menundukkan unsure-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.

Bila dukungan Allah kepada rasul-rasul terdahulu berbentuk ayat-ayat kauniyah yang memukau mata, dan tidak ada jalan bagi akal untuk menentantgnya, seperti mukjizat tangan dan tongkat bagi Nabi Musa, dan penyembuhan orang buta dan orang sakit sopak serta menghidupkan orang mati drngan izin Allah bagi Nabi Isa, maka mukjizat Nabi Muhammad, berbentuk mukjizat’ aqliyah, mukjizat bersifat rasional, yang senantiasa menantang akal manusia. Mukjizat tersebut adalah Al-Qur’an dengan segala ilmu dan pengetahuan yang dikandungnya serta segala beritanya tentang masa lalu dan masa akan datang. Akal manusia, betapa pun majunya, tidak akan sanggup menandingi Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah ayat kauniyah yang tiada tandingnya. Kelemahan akal yang bersifat kekurangan substantif ini merupakan pengakuan akal itu sendiri bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman dan pem,bombing. Itulah makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah dengan sabdanya:

ما من الأنبياء نبي  الا اعطي ما مثله امن عليه البشر وانما كان الذى اوتيت وحيا او حاه الله الي فآرجوا ان اكون أكثر هم تابعا
Artinya: “Tiada seorang nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat membuat manusia beriman kepadanya. Namun apa yang diberi kepadaku adalah wahyu yang datngnya dari Allah . Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi Nabi paling banyak pengikutnya.”

Demikianlah, Allah telah menetukan keabadian mukjizat Islami sehingga kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya, walaupun waktu yang tersedia cukup panjang dan ilmu pengetahuan pun telah maju pesat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mukjizat

I’jaz (Kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidak mampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari Qudrah (Potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah kemampuan mukjiz (sesuatu yang melemahkan). Yang di maksud dengan I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan Mu’jizat ialah:[1]

امر خارق للعادة مقرون با اتحدى سالم عن المعارضة
Artinya: “Suatu urusan yang menyalahi kebiasaan yang disertakan dengan tahaddi dan terlepas dari tantangan.”[2]

B.     Syarat-syarat Mukjizat

1)      Tantangan, yakni meminta bertanding, pertentangan, dan perdebatan.
2)      Adanya perlawanan dari tantangan, pertandingan, dan perdebatan.
3)      Tidak ada hal yang mencegah dari pertandingan ini.[3]

C.    Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an

1)      Menantang mereka denga seluruh Al-Qur’an didalam uslub (metode) umum yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firman-Nya.
Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscahya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa denganya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi pembagian yang lain.” (Al-Isra’: 88).
2)      Menantang mereka dengan sepuluh surat saja dalam Al-Qur’an, dalam firman-Nya,
Ataukah mereka mengatakan: ‘Muhammad telah membuat Al-Qur’an itu. Katakanlah: ‘ (Jika demikian), maka datanglah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.’jika mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruan itu, ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah.” (Hud: 13-14).
3)      Menentang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an, dalam firman-Nya,
Atau (patutkah) mereka mengatakan, Muhammad yang telah mengada-adakannya. Katakanlah, “ (kalau benar yang kamu katakana itu, maka datangkanlah sebuah surat sepertinya.” (Yunus: 38).

Tantangan ini diulang lagi dari firman-Nya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu…” (Al-Baqarah: 23).[4]

Kandungan mukjizat yang dimilikinya pun melampaui kandungan segala mukjizat kauniyah terdahulu, dan Al-Qur’an tidak lagi membutuhkan semua itu.
            “Dan orang-orang kafir Mekkah berkata: ‘mengapa tidak diturunkan kepadanya ayat-ayat (mukjizat-mukjizat) dari tuhannya?’ Katakanlah:’sesungguhnya ayat-ayat itu milik Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) yang dibacakan kepada mereka?.”(Al-‘Ankabut: 50-51).
            Kelemahan orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an padahal mereka memiliki potensi dalam masalah itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab, walaupun bahasa ini berada pada kemajuannya.
            Kemukjizatan Al-Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku disepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi Pencipta dan Perencananya. Dan inilah apa yang dikemukakan secara global atau diisyaratkan oleh Al-Qur’an. Dengan demikian, Al-Qur’an tetap merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia.

D.    Berapa Ayat Minimal Al-Qur’an Bisa Di Anggap Mukjizat?

Satu ayat pun sudah bisa dikatakan Mukjizat, karena ayat Al-Qur’an itu mengandung Asbab An-Nuzul, yang mana didalam Asbab An-Nuzul terjadi syarat-syarat I’jaz.

E.     Ayat-ayat yang Menunjukkan Tantangan Al-Qur’an Kepada Manusia Untuk Menirunya

1)      Surat Al-Qasas: 49-50

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْأِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’: 88).
2)      Surat Hud: 13-14
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:Bahkan mereka mengatakan,”Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur’an itu.”Katakanlah,”(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud: 13).
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka (katakanlah),”Ketahuilah, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada tuha selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk Islam)?” (QS. Hud: 14).
3)      Surat Al-Baqarah: 23

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:”Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya, dan ajaklha penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
4)      Surat Yunus: 38

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya: Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Qur’an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya)  selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”[5]

F.     Teori Kemukjizatan Al-Qur’an

1)      Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan Al-Qur’an, bukan dengan sebagiannya, atau dengan setiap suratnya secara lengkap.
2)      Sebagian ulama berpendapat, sedikit atau banyak dari Al-Qur’an itu, tanpa harus satu surat penuh, juga merupakan mukjizat: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an…” (At-Thur: 34).
3)      Ulama yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surat lengkap sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat atau beberapa ayat.[6]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kemukjizatan adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidak mampuan mengerjakan sesuatu, selanjutnya yang di maksud dengan I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Syarat-syarat Mukjizat aldalah dengan adanya sebuah tantangan, yakni meminta bertanding, pertentangan, dan perdebatan, adanya perlawanan dari tantangan, pertandingan, dan perdebatan, tidak ada hal yang mencegah dari pertandingan ini.
Bukti kemukjizatan Al-Qur’an yaitu dengan cara menantang kepada manusia untuk membuat ayat yang serupa dengan ayat Al-Qur’an, namun tidak ada satu pun yang bisa menyamai dengan ayat Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’: 88 sebagai berikut:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْأِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’: 88).

Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan Al-Qur’an, bukan dengan sebagiannya, atau dengan setiap suratnya secara lengkap.


DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta:
Pustaka al-Kautsar,  2013.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009.
Abdul Wahhab Khallaf, Ushul Fiqih, Quait:
            Daarul Qalam, 1978.



[1] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), hlm. 323.
[2] Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 293.
[3] Abdul Wahhab Khallaf, Ushul Fiqih, (Kuait: Daarul Qalam, 1978), hlm. 25.
[4] Al-Qaththan, Op.Cit., 324.
[5] Al-Qaththan, Op.Cit., 324.
[6] Al-Qaththan, Op.Cit., 330.

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

Powered By Blogger

Penanyang Q :)