BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Alam yang luas dan dipenuhi makhluk-makhluk Allah ini;
gunung-gunungnya yang menjulang tinggi, samuderanya yang melimpah, dan
daratannya yang menghampar luas, (menjadi kesil) di hadapan makhluk yang lemah,
seperti manusia. Yang dimikian disebabkan Allah telah menganugerahkan kepadanya
berbagai keistimewaan, dan memberinya kekuatan berpikir yang mampu menembus
segala sisi untuk menundukkan unsure-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya
sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Bila dukungan Allah kepada rasul-rasul terdahulu berbentuk ayat-ayat
kauniyah yang memukau mata, dan tidak ada jalan bagi akal untuk
menentantgnya, seperti mukjizat tangan dan tongkat bagi Nabi Musa, dan penyembuhan
orang buta dan orang sakit sopak serta menghidupkan orang mati drngan izin
Allah bagi Nabi Isa, maka mukjizat Nabi Muhammad, berbentuk mukjizat’ aqliyah,
mukjizat bersifat rasional, yang senantiasa menantang akal manusia.
Mukjizat tersebut adalah Al-Qur’an dengan segala ilmu dan pengetahuan yang
dikandungnya serta segala beritanya tentang masa lalu dan masa akan datang.
Akal manusia, betapa pun majunya, tidak akan sanggup menandingi Al-Qur’an,
karena Al-Qur’an adalah ayat kauniyah yang tiada tandingnya. Kelemahan
akal yang bersifat kekurangan substantif ini merupakan pengakuan akal itu
sendiri bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan
sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman dan pem,bombing. Itulah makna yang
diisyaratkan oleh Rasulullah dengan sabdanya:
ما من الأنبياء نبي الا اعطي
ما مثله امن عليه البشر وانما كان الذى اوتيت وحيا او حاه الله الي فآرجوا ان اكون
أكثر هم تابعا
Artinya: “Tiada seorang nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat
membuat manusia beriman kepadanya. Namun apa yang diberi kepadaku adalah wahyu
yang datngnya dari Allah . Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi
Nabi paling banyak pengikutnya.”
Demikianlah, Allah telah menetukan keabadian mukjizat Islami
sehingga kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya, walaupun waktu
yang tersedia cukup panjang dan ilmu pengetahuan pun telah maju pesat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mukjizat
I’jaz (Kemukjizatan)
adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidak
mampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari Qudrah (Potensi, power,
kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah kemampuan mukjiz (sesuatu
yang melemahkan). Yang di maksud dengan I’jaz dalam pembahasan ini ialah
menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan
menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu
Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan Mu’jizat ialah:[1]
امر خارق للعادة
مقرون با اتحدى سالم عن المعارضة
Artinya: “Suatu urusan yang menyalahi kebiasaan yang disertakan
dengan tahaddi dan terlepas dari tantangan.”[2]
B.
Syarat-syarat
Mukjizat
1)
Tantangan,
yakni meminta bertanding, pertentangan, dan perdebatan.
2)
Adanya
perlawanan dari tantangan, pertandingan, dan perdebatan.
3)
Tidak ada hal
yang mencegah dari pertandingan ini.[3]
C.
Bukti
Kemukjizatan Al-Qur’an
1)
Menantang
mereka denga seluruh Al-Qur’an didalam uslub (metode) umum yang meliputi orang
Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan
kemampuan mereka secara padu melalui firman-Nya.
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscahya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa denganya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi pembagian
yang lain.” (Al-Isra’: 88).
2)
Menantang
mereka dengan sepuluh surat saja dalam Al-Qur’an, dalam firman-Nya,
“Ataukah mereka mengatakan: ‘Muhammad telah membuat Al-Qur’an
itu. Katakanlah: ‘ (Jika demikian), maka datanglah sepuluh surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.’jika
mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruan itu, ketahuilah, sesungguhnya
Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah.” (Hud: 13-14).
3)
Menentang
mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an, dalam firman-Nya,
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, Muhammad yang telah mengada-adakannya.
Katakanlah, “ (kalau benar yang kamu katakana itu, maka datangkanlah sebuah
surat sepertinya.” (Yunus: 38).
Tantangan ini diulang lagi dari firman-Nya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang Al-Qur’an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al-Qur’an itu…” (Al-Baqarah:
23).[4]
Kandungan mukjizat yang dimilikinya pun melampaui kandungan segala
mukjizat kauniyah terdahulu, dan Al-Qur’an tidak lagi membutuhkan semua
itu.
“Dan orang-orang
kafir Mekkah berkata: ‘mengapa tidak diturunkan kepadanya ayat-ayat
(mukjizat-mukjizat) dari tuhannya?’ Katakanlah:’sesungguhnya ayat-ayat itu
milik Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu
Al-Kitab (Al-Qur’an) yang dibacakan kepada mereka?.”(Al-‘Ankabut: 50-51).
Kelemahan orang
Arab untuk menandingi Al-Qur’an padahal mereka memiliki potensi dalam masalah
itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab, walaupun bahasa ini
berada pada kemajuannya.
Kemukjizatan
Al-Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku disepanjang zaman dan akan
selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang
disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena
hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan
bukti bagi eksistensi Pencipta dan Perencananya. Dan inilah apa yang
dikemukakan secara global atau diisyaratkan oleh Al-Qur’an. Dengan demikian,
Al-Qur’an tetap merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia.
D.
Berapa Ayat
Minimal Al-Qur’an Bisa Di Anggap Mukjizat?
Satu ayat pun sudah bisa dikatakan Mukjizat, karena ayat Al-Qur’an
itu mengandung Asbab An-Nuzul, yang mana didalam Asbab An-Nuzul terjadi
syarat-syarat I’jaz.
E.
Ayat-ayat yang
Menunjukkan Tantangan Al-Qur’an Kepada Manusia Untuk Menirunya
1)
Surat Al-Qasas:
49-50
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْأِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا
بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’: 88).
2) Surat Hud: 13-14
أَمْ
يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ
وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:Bahkan mereka mengatakan,”Dia (Muhammad) telah membuat-buat
Al-Qur’an itu.”Katakanlah,”(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal
dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu
yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud: 13).
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ
بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka
(katakanlah),”Ketahuilah, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan
bahwa tidak ada tuha selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk Islam)?” (QS. Hud: 14).
3)
Surat
Al-Baqarah: 23
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:”Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang kami turunkan
kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya, dan
ajaklha penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
4)
Surat Yunus: 38
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ
وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya: Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah
membuat-buatnya? Katakanlah, “buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah
(Al-Qur’an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu
(membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.”[5]
F.
Teori
Kemukjizatan Al-Qur’an
1)
Golongan
Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan
Al-Qur’an, bukan dengan sebagiannya, atau dengan setiap suratnya secara
lengkap.
2)
Sebagian ulama
berpendapat, sedikit atau banyak dari Al-Qur’an itu, tanpa harus satu surat
penuh, juga merupakan mukjizat: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat
yang semisal Al-Qur’an…” (At-Thur: 34).
3)
Ulama yang lain
berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surat lengkap sekalipun
pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat atau beberapa ayat.[6]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemukjizatan adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut
pengertian umum ialah ketidak mampuan mengerjakan sesuatu, selanjutnya yang di
maksud dengan I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan
orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Syarat-syarat Mukjizat aldalah dengan adanya sebuah tantangan,
yakni meminta bertanding, pertentangan, dan perdebatan, adanya perlawanan dari
tantangan, pertandingan, dan perdebatan, tidak ada hal yang mencegah dari
pertandingan ini.
Bukti kemukjizatan Al-Qur’an yaitu dengan cara menantang kepada
manusia untuk membuat ayat yang serupa dengan ayat Al-Qur’an, namun tidak ada
satu pun yang bisa menyamai dengan ayat Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-Isra’: 88 sebagai berikut:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْأِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا
بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’: 88).
Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan
dengan keseluruhan Al-Qur’an, bukan dengan sebagiannya, atau dengan setiap
suratnya secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2013.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009.
Abdul Wahhab Khallaf, Ushul Fiqih, Quait:
Daarul Qalam,
1978.
[1] Syaikh Manna’
Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2013), hlm. 323.
[2] Prof. Dr.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 293.
[3] Abdul Wahhab
Khallaf, Ushul Fiqih, (Kuait: Daarul Qalam, 1978), hlm. 25.
[4] Al-Qaththan, Op.Cit.,
324.
[5] Al-Qaththan,
Op.Cit., 324.
0 komentar:
Posting Komentar