BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Manusia sebagaimana disebutkan Ibnu Khaldun memiliki panca indara (anggota tubuh), akal pikiran dan hati
sanubari. Ketiga potensi ini harus bersih, sehat, berdaya guna dan dapat
bekerja sama secara harmonis. Untuk menghasilkan kondisi seperti itu ada tiga
ilmu yang berperan penting. Yang pertama, fiqih berperan dalam membersihkan dan
menyehatkan penca indra dan anggoa tubuh. Istilah yang digunakan fiqih
untuk untuk pembersihan dan penyehatan panca indra dan anggota tubuh ini
disebut thoharoh (besuci). Karena fiqih banyak berurusan dengan dimensi
lahiriyah manusia. Kedua filsafat berperan dalam menggerakan, menyehatkan dan
meluruskan akal pikiran. Karenanya filsafat banyak berurusan denga metafisik
manusia, dalam rangka menghasilkan konsep-konsep yang menjelaskan inti tentang
sesuatu. Ketiga tasawuf berperan dalam membersihkan hati sanubari. Karenanya
tasawuf banyak berhubungan dengan dimensi batin manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Ø Tasawuf dan Akhlak sangat berkaitan karena
Khaliq tidak bisa terpisahkan dengan Makhluk.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ ،
وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ
عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَة
(متفق عليه)
ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى
أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ (رواه ابن ماجه)
v Pengertian Akhlak
Secara Bahasa Akhlak adalah berasal dari bahasa arab yaitu خُلُق (kebiasaan/perangai), خَلَق (menciptakan), berusaha menciptakan sikap secara kontinyu
sehingga menjadi kebiasaan.
Secara Istilah Akhlak ada beberapa pendapat;
- Ibnu Maskuwaih:
حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلٰى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ
فِكْرٍ وَلَا رُوِيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
- al-Ghazali:
عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا
الْافْعَالُ بِسُهُوْلةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Istilah untuk sifat yang tertanam kuat dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
A.
Ciri Akhlak:
1.
Sikap yang tertanam kuat dalam jiwa sehingga telah
menjadi kepribadian
2.
Kepribadian tersebut dapat memunculkan perbuatan dengan
mudah tanpa banyak pertimbangan
3.
Perbuatan tersebut dilakukan dengan tanpa paksaan dan
tidak bersandiwara
B.
Ilmu Akhlak:
1.
Ilmu tentang manusia, hak dan kewajibannya (at-Tahanawi, Kassyaf
Ishthilahat al-Funun)
2.
Ilmu yang membahas jiwa manusia dalam hal kecenderungan,
kesenangan dan potensinya yang bermacam-macam sehingga bisa mengarah pada
kebaikan atau keburukan. (M. Fauqi Hajjaj, at-Tasawuf al-Islami wal Akhlaq)
3.
Ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau
buruk (Abudin Nata, Akhlak Tasawuf)
4. Ilmu
yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian
memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan
tersebut tergolong baik atau buruk (Abudin Nata, Akhlak Tasawuf).
C.
Objek Ilmu
Akhlak:
Objek pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia untuk
selanjutnya diberikan penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri
yang telah disebutkan diatas yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak
dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam
kehidupannya.
D.
Bentuk-bentuk Akhlak:
1. Akhlak pribadi (sabar, rajin, disiplin,
tanggung jawab dll)
- Akhlak kepada Khaliq/ Allah
- Akhlak kepada sesama Makhluk (Manusia dan Lingkungan).
E.
Tujuan Ilmu
Akhlak:
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita
dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian yang
lainnya sebagai yang buruk. Dan juga menjadi hidup terarah, dihargai dan dihormati manusia
serta selamat di dunia dan di akhrirat.
a.
Hidup terarah (disiplin, menghargai waktu dan tidak
seenaknya)
b.
Dihargai dan dihormati orang lain (sopan santun,
menghargai dan menghormati orang lain)
c.
Selamat dunia
akhirat (di dunia dihormati, di akhirat mendapat rahmat).
F.
Manfaat Ilmu
Akhlak:
1.
Mengenal akhlak
terpuji dan akhlak tercela
- Menghindari akhlak
tercela dan mengamalkan akhlak terpuji
- Bisa menilai diri sendIlmu Akhlak
membahas perbuatan manusia yang merupakan hasil dari mempelajari Tafsir
dan Hadis.
- Ilmu Akhlak menyempurnakan ilmu Fikih.
Fikih => hukum (kewajiban dan larangan), Akhlak => etika (yang
sebaiknya dan tidak sebaiknya dilakukan)
- Ilmu Akhlak juga menyempurnakan ilmu
Filsafat. Filsafat => logika (hanya dinalar), Akhlak =>
dilaksanakan.
- Ilmu Akhlak tak terpisahkan dengan Ilmu
Tauhid karena keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan.
- Ilmu Akhlak sejalan dengan Ilmu Tasawuf
dan melengkapinya. Tasawuf => spiritual vertikal; Akhlak => Amal
Horisontal.
- Ilmu akhlak membantu dan melengkapi
ilmu-ilmu keduniaan karena ilmu akhlak mempelajari cara berinteraksi dan
bergaul dengan sesama yang hal ini tidak ditemukan dalam ilmu-ilmu
keduniaan.
v Etika, Moral, dan Susila
A.
Etika
Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia , etika
diartika ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. Adapun arti dari
segi terminologi etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, tujuan yang harus dituju
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
B.
Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia dikatakan bawa moral adalah penentuan baik buruk terhada perbuatan
dan kelakuan. Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
C.
Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu su dan
sila. Su berarti baik dan sila berarti dasar.
Kesusilaan lebih mengacu kepada membimbing, memandu mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang
selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
a)
Persamaan
antara Etika, Moral, Susila, dan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika,
moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya.
b)
Perbedaan
antara Etika, Moral, Susila, dan Akhlak
Perbedaan moral, etika, susila dan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal dan pikiran, dan pada moral
dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada
akhlak ukuran yang digunakan untuk menetukan baik dan buruk itu adalah
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
c)
Sifat Pemikiran
Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan
susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia
secara umum, sedangkan moral dan susila besifat lokal dan individual. Jadi bisa disimpulkan bahwa
moral, etika dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang
secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan
hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang
berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain jika ketika, moral
dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari tuhan.
d)
Proses
Munculnya Perbuatan
Etika
muncul ketika ad aide, moral muncul karena pertimbangan suasana, dan akhlak
muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan.
v Akhlak Selain Islam
1.
Akhlak pada
Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani bar
terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang
yang bijaksana (500-450 SM). Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam
membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran
tentang manusia.
2.
Akhlak pada
Agama Nasrani
Pada akhir abad ke3 M tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Dengan
demikian ajaran akhlak ini bersifat teo-centi(memusat pada Tuhan) dan
Sufistik(bercorak batin).
3.
Akhlak pada
Bangsa Romawi
Kehidupan
masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Dengan demikian
ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran
akhlak yang dibangun dari perpaduan ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.
v Akhlak pada Agama Islam
Agama Islam intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah .
agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memgajarkan kesejahteraan Akhlak islam bercorak pada 2 yaitu : akhlak yang
bercorak normatif dan akhlak yang bercorak rasional dan cultural.
Ø Dasar Akhlak Islam:
·
Al-Qur’an à Semisal wasiat Luqman al-Hakim
·
Hadis à Semisal yang terangkum dalam Kitab Riyadus Shalihin
·
Teladan-teladan Shahabat dan Ulama.
Ø Karakteristik Akhlak Islam:
·
Utuh dan menyeluruh: mencakup semua aspek kehidupan
·
Cermat dan teliti sesuai dengan kondisi dan peran
masing-masing individu
è Antara pemimpin dan yang dipimpin akhlaknya berbeda
è Antara kaya dan miskin akhlaknya juga berbeda
è Antara yang tua dan yang muda akhlaknya juga berbeda dll.
v Baik dan Buruk
A.
Pengertian Baik
dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata خير dalam bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Baik atau
kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan denga yang luhur, bermartabat,
menyenangkan dan disukai manusia.
Sedangkan yang disebut buruk adalah شر
dalam bahasa arab, atau sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan
tidak disukai kehadirannya oleh manusia.
B.
Sifat Baik dan
Buruk
Sifat
baik dan buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat yaitu sesuai dengan
sifat filsafat itu yakni berubah, relatif nisbi dan tidak universal.
C.
Penentuan Baik
dan Buruk
1.
Baik dan Buruk
Menurut Adat Istiadat (Sosialisme), menurut aliran ini baik dan buruk
ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh
masyarakat.
2.
Baik dan Buruk
Menurut Aliran Hedonisme, menurut paham ini perbuatan baik adalah perbuatan
yang banyak mendatangkan kenikmatan dan kepuasan nafsu.
3.
Aliran Humanisme
(Kemanusiaan), menurut aliran ini perbuatan baik itu adalah datang dari hati
nurani.
4.
Baik dan Buruk
Menurut Paham Utilitarisme, secara harfiah Utilis artinya berguna, menurut
paham ini bahwa yang dikatakan baik adalah yang berguna.
5.
Baik dan Buruk
Menurut Paham Vitalisme, Vital ialah penting /kuat, menurut paham ini yang baik
adalah yang mencerminkan yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia.
6.
Baik dan Buruk
Menurut Paham Religionisme, menurut paham ini yang dianggap baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah
perbuatan yang tidak sesuai dengan Tuhan/berdasarkan ajaran agama.
7.
Paham Evolution
(Perubahan sedikit demi sedikit), paham ini mengatakan perbuatan baik adalah
perbuatan yang berangsur-angsur meningkat menuju arah tujuan yang ingin
dicapai.
D.
Baik dan Buruk
dalam Islam
·
Secara umum
baik dan buruk itu bersumber dari al-Qur’an da Hadits.
·
Selanjutnya ada
2 aliran kalam yang membahas mengenai baik dan buruk
1.
Aliran
Asy’ariyah
à Baik dan buruk hanya bisa ditentukan oleh
wahyu, akal hanya mendukung
à Akal tidak mampu menentukan baik dan buruk
sebelum datangnya wahyu
à Perbuatan sebelum adanya wahyu tidak bisa
dikatakan baik atau buruk.
2.
Aliran Muktazilah
à Baik dan buruk bisa ditentukan oleh akal,
wahyu hanya mendukung
à Akal mampu menentukan baik dan buruk sebelum
datangnya wahyu
à Perbuatan bisa dinilai baik atau buruk
meskipun tidak ada wahyu
Contoh: berkata dusta, baik ataukah buruk?
v Kebebasan
·
Mampu untuk menentukan diri sendiri, tidak
dibatasi oleh orang lain;
·
Mampu melakukan sesuatu sesuai yang dimilikinya
dan yang diinginkannya;
·
Bisa memilih kemungkinan-kemungkinan yang ada;
·
Bisa berbuat dengan leluasa.
Macam-macam kebebasan yaitu ada Kebebasan Jasmani (Menggerakkan
anggota tubuh), Kebebasan Ruhani (Berkehendak), dan Kebebasan Moral (Tidak ada
paksaan atau tekanan). Aliran yang membahas soal kebebasan manusia adalah
aliran Qadariyah dan Jabariyah.
v Tanggung Jawab
·
Bersedia melakukan tugas dan kewajiban;
·
Kesadaran untuk menjaga keadilan, keamanan dan
kedamaian;
·
Menerima pembebanan sebagai akibat perbuatan
sendiri.
Sikap tanggung jawab ini menjadi penyeimbang dari kebebasan.
v Hati Nurani
Hati nurani atau intuisi merupakan unsur
ruhani yang ada pada diri manusia. Melalui unsur ini, manusia bisa melepas
semua kepentingan duniawinya sehingga dapat memperoleh ilham dari Tuhan. Hati
nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada
keburukan. Karena sifat yang demikian itu, maka hati nurani bisa melahirkan
rasa kasih sayang tanpa memperhatikan kepentingan duniawi.
v Hubungan antara Kebebasan, Tanggung Jawab, Hati Nurani dan akhlak
1.
Ketiga hal di atas bisa mempengaruhi perbuatan/akhlak
seseorang
2.
Kebebasan jika dimaknai negatif akan melahirkan akhlak
yang buruk karena berarti hanya meminta hak tanpa memperdulikan kewajiban
3.
Sikap tanggung jawab bisa mengendalikan sikap bebas yang
negatif karena berarti bersedia melakukan kewajiban di samping menuntut hak.
Dengan demikian terciptalah keadilan.
4.
Hati nurani posisinya lebih tinggi daripada rasa tanggung
jawab karena berarti tidak lagi memperdulikan hak sehingga terciptalah rasa
kasih sayang.
v Keadilan
·
Adil bisa berarti seimbang, setara, setimpal,
tengah-tengah dan tidak berbuat dzalim. Adil juga bisa diartikan memberikan
sesuatu kepada orang sesuai dengan haknya, tidak kurang dan tidak lebih.
·
Keadilan berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia.
Sikap adil berarti melaksanakan kewajiban di samping menuntut hak.
·
Adil dalam membalas berarti memberikan balasan yang
setimpal, tidak ditambah-tambahi.
·
Adil berarti tidak pilih kasih, tidak sewenang-wenang dan
tidak nepotisme.
·
Sikap adil harus dilakukan dalam setiap situasi, bahkan
diwajibkan oleh agama.
·
Sikap adil adalah sikap minimal yang harus dimiliki
seseorang. Jika tidak bisa berbuat kasih sayang, maka minimal harus berbuat
adil.
·
Sikap adil muncul dari rasa tanggung jawab yang dimiliki
oleh manusia.
v Kasih Sayang
·
Kasih sayang berarti merelakan hak atau melakukan
kewajiban melebihi dari yang semestinya.
·
Kasih sayang juga berarti memaafkan, merelakan, bersabar
dan tidak membalas.
·
Kasih sayang lebih tinggi kedudukannya daripada keadilan.
·
Rasa kasih syang hukumnya Sunah, sedangkan sikap adil
adalah wajib.
v Hubungan antara Keadilan dan Kasih Sayang dalam al-Qur’an
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ ... ( النحل : 90 )
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan kebajikan”.
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ
وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ [النحل : 126]
Artinya:
“Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan
sisksaan yang ditimpakan kepadamu. Tapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah
yang lebih baik bagi orang yang saba”r.
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ [الشورى : 40]
Artinya:
“ Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi
barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka
pahalanya dari Allah”.
وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ
لَهُ [المائدة : 45]
Artinya:
“Dan luka-luka pun ada qisas-nya (balasan yang sama), barang siapa melepaskan
hak qisas-nya, maka itu menjadi penebus dosa baginya”.
A.
Arti
Pembentukan Akhlak
Yaitu usaha sungguh-sungguh dalam rangka
membentuk akhlak manusia dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram dengan baik secara konsisten.
B.
Metode
Pembinaan Akhlak
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan ketuhanan dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. (QS. An-Nahl: 125).
1.
Metode
Pembiasaan
·
Bisa melalui sarana peribadatan semisal shalat, puasa dan
sedekah.
·
Bisa melalui rutinitas sehari-hari seperti makan, tidur,
mandi dll
·
Bisa menggunakan metode hadiah dan hukuman.
2.
Metode Nasehat
·
Menjelaskan akhlak terpuji dan tercela serta
akibat-akibatnya.
·
Mengingatkan ketika salah.
3.
Metode
Keteladanan, metode ini yaitu dengan cara member contoh yang baik.
4.
Metode Diskusi,
metode ini jika yang menjadi sasarannya orang dewasa.
v Ada 3 Aliran Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak
1.
Aliran
Nativisme
Mengatakan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor internal yakni faktor dalam diri
manusia seperti kecenderungan, bakat, akal, ideologi dll.
2.
Aliran
Empirisme
Mengatakan bahwa faktor dominan dalam
pembentukan akhlak adalah faktor eksternal yaitu faktor luar manusia; bisa
berupa lingkungan, pendidikan, keadaan rumah tangga dll.
3.
Aliran
Konvergensi
Berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaitu
perpaduan antara Nativisme dan Empirisme.
v Pengertian Tassawuf
A.
Tassawuf Secara
Bahasa
·
Berasal dari kata ( صُوف )
yang berarti kain dari kulit domba (wol) à karena para sufi dulu memakai pakaian ini untuk menunjukkan kesederhanaan
dan zuhud.
·
Berasal dari kata ( صُفة )
yang berarti serambi masjid nabawi à karena tempat ini dahulu ditempati oleh fuqoro kaum muhajirin di Madinah
(Ahlus suffah).
·
Berasal dari kata ( صفاء )
yang berarti suci à karena dasar tasawuf adalah kesucian jiwa dan
kebersihan hati dari hawa nafsu duniawi.
·
Berasal dari kata ( صَف )
yang berarti barisan à karena para sufi dianggap berada pada barisan
depan di hadapan Allah karena ketinggian derajatnya.
Pendapat yang unggu adalah yang pertama sehingga bisa disebut sufi ( صوفى ) atau Sufiah (صوفية
).
B.
Tassawuf Secara
Istilah
- Banyak definisi yang disebutkan oleh para sufi tergantung pengalaman
yang ia alami dalam proses kesufiannya.
- Tasawuf bersifat nisbi dan subyektif. Keberhasilan tergantung usaha
pelakunya.
- Beberapa definisi yang disebutkan para sufi, diantaranya:
à Tasawuf: ketika kamu bersama Allah tanpa ada
penghalang (Junaid)
à Tasawuf: masuk dalam setiap budi pekerti yang
luhur dan keluar dari setiap budi pekerti hina (Muhammad al-Jariri)
à Tasawuf: ketika kamu tidak memiliki sesuatu
dan tidak dimiliki oleh sesuatu (Samnun al-Muhib)
à Tasawuf: membebaskan jiwa bersama Allah sesuai
kehendak-Nya (Abu Muhammad Ruwaim)
à Tasawuf: mengambil hakikat dan meninggalkan
apa yang biasa dimiliki manusia (Ma’ruf al-Kurhi)
à Menjaga dari melihat/menginginkan dunia (Abu
bakar As-Syibli)
à Tasawuf: terpisah dari makhluk dan terhubung
dengan Yang Haq (Allah) (Abu bakar As-Syibli)
à Seorang sufi itu satu dalam dzatnya, tidak
diterima oleh seseorang dan tidak menerima seseorang (Al-Hasan bin Manshur
al-Hallaj)
Definisi-definisi ini memiliki satu titik
persamaan yaitu: sungguh-sungguh dalam usaha menghadap kepada Allah. Karena yang menjadi objek tassawuf itu sendiri adalah Dzat Allah
yang maha luhur.
Pada dasarnya Tasawuf berasal dari Nabi
Muhammad Saw karena selain beliau mendapat syariat, beliau juga mendapat
hakikat. Hanya saja syariat itu untuk semua kalangan secara umum, sedangkan
hakikat itu untuk kalangan tertentu. Kemudian diteruskan Ali bin Abi Thalib,
kemudian menurun pada Hasan al-Basri (w.110H)
Ilmu Tasawuf bersumber dari al-Qur’an, Hadis,
Ilham orang-orang shalih dan pengetahuan orang-orang sufi.
Obyek kajian ilmu tassawuf: hal-hal yang perlu diamalkan seorang salik dalam perjalanan
spiritualnya seperti ikhlas, zuhud, dzikir, tawadhu’ dll.
Tassawuf memiliki keutamaan yang tinggi karena
berhubungan dengan Allah. Awalnya adalah takut kepada Allah, lalu berinteraksi dengan-Nya lalu
ma’rifat kepada-Nya. Manfaat dari tassawuf adalah kesucian dan kebersihan hati serta selamat dari
penyakit-penyakit hati.
C.
Ada beberapa
pendapat mengenai Tassawuf
1.
Agama Kristen
Nabi Isa a.s. puasa siang hari dan ibadah
malam hari. Maryam menjadi biarawati. Ini selanjutnya dianggap sumber sikap
fakir dalam Tasawuf.
2.
Hindu dan Budha
Mendorong manusia untuk menyatu dengan dewa
(Atman dgn Brahman). Selanjutnya ini dianggap sumber Ittihad.
3.
Filsafat Mistik
Phytagoras
Menyatakan bahwa roh manusia bersifat kekal,
yang selalu ingin menempati surga, namun tidak akan bisa menempati surga bila
terkotori oleh jasmani yang sangat menyayangi duniawi. Selanjutnya ini dianggap
sumber zuhud.
4.
Pemikiran
Neo-Platonisme
Yaitu teori emanasi bahwa segala yang ada
merupakan pancaran dari Dzat Yang Maha esa dan sesuatu tersebut akan kembali
lagi kepada-Nya. Ini dianggap sumber Wahdatul Wujud.
5.
Islam
Yang benar bahwa Tasawuf Islam itu bersumber dari Agama Islam itu sendiri
meskipun ada kesamaan dengan ajaran lain dalam hal Tasawuf.
1.
Al-Qur’an
Surat As-Syams: 9-10
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا () وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا ()
Artinya:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang
yang mengotorinya”.
Surat Ar-Ra’d: 28
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.
Surat Fathir: 5
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا
تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Artinya:
“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan janganlah (syetan) yang pandai menipu, memperdayakan
kamu tentang Allah”.
2.
Hadis
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Ihsan yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah
kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihatnya, maka sesungguhnya Dia melihatmu
(H.R. Bukhari Muslim)
ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى
أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ
Zuhudlah terhadap dunia maka Allah menyukaimu
dan Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia maka merekan menyukaimu. (H.R
Ibnu Majah).
1.
Tasawuf Sunni (sesuai dengan sunah-sunah Nabi) à zuhud, mahabbah, makrifat dll
¡ Tasawuf Akhlaqi (mengutamakan akhlak mulia)
¡ Tasawuf Amali (mengutamakan amal-amal ibadah)
2.
Tasawuf Falsafi (tercampuri filsafat) à fana baqo, ittihad, hulul, wahdatul wujud
Metode pembinaan seorang sufi:
Takhalli : membersihkan diri dari akhlak
tercela
Tahalli : menghiasi diri dengan akhlak terpuji
Tajalli : pemantapan secara istiqomah shg
tercapai makrifat.
v Pengertian Maqamat
Secara Bahasa Maqamat jama’ dari kata Maqam (kedudukan atau
tingkatan).
Secara istilah maqamat yaitu kedudukan atau tingkatan seorang hamba di
hadapan Allah yang diperoleh melalui serangkaian pengabdian (ibadah),
kesungguhan melawan hawa nafsu (mujahadah), latihan-latihan spiritual
(riyadhah) dan mengerahkan segenap jiwa raga semata-mata kepada Allah.. (Abu
Nasr As-Sarraj w. 378 H).
Sifat maqamat itu sendiri yaitu dengan cara dijalani, diraih, dan
diusahakan, urutnya seperti anak tangga dari bawah ke atas.
Ada beberapa perbedaan dalam bentuk-bentuk maqamat dan
urutan-urutannya;
1.
Abu Nasr
As-sarraj mengatakan dari Taubat, Wara’, Zuhud, Faqr, Sabar, Tawakkal,
kemudian Ridha.
2.
Imam Al-Ghazali
mengatakan dari Taubat, Sabar, Faqir, Zuhud, Tawakal, Mahabah, Ma’rifat,
kemudian Ridha.
3.
Al-Kalabadhi
(w. 990), mengatakan dari Taubat, Zuhud, Sabar, Faqr, Dipercaya, Tawadhu (rendah hati), Tawakal, Ridha, Mahabbah (cinta),
kemudianMa’rifat.
Dari semua pendapat di atas yang paling banyak dipakai yaitu
pendapat dari Abu Nasr as-Sarraj.
1.
Sabar
Istiqomah melakukan kebaikan, Teguh
menghindari keburukan dan Tabah menghadapi cobaan. Sabar ada tiga tingkatan yaitu;
- Sabar Pemula (الصبر
فى الله \ متصبر ), masih berjuang untuk sabar (kadang sabar, kadang
tidak).
- Sabar Khusus (الصبر
فى الله و لله \ صابر ), menikmati/ tidak kaget dengan keadaan.
- Sabar Super Khusus (الصبر
فى الله و لله وبالله \ صبار ), tidak ada lagi yang namanya sabar karena semua hal
baginya sama.
2.
Tawakkal
Pasrah, dalam
arti berserah diri
kepada Allah. Tawakkal ini sebagai dasar penting dari tasawuf. Tawakkal ada tiga tingkatan yaitu;
- Tawakkal orang Mukmin (Awam),
hatinya
terpaut kepada Allah.
- Tawakkal Khusus (Ahli Hakikat),
Tawakkal
dalam ketawakkalannya (tawakkal hanya karena Allah, bukan karena sebab
lain).
- Tawakkal Super Khusus (Ahli Ma’rifat),
Merasa
benar-benar milik Allah sebagaimana ia tidak ada, dan benar-benar merasa
memiliki Allah sebagaimana ia hidup sekarang.
3.
Ridha
Ridha yaitu rela, bahagia, dan tentram. Dan ridha juga tingkatan
tertinggi dari maqamat. Ridha ada tiga tingkatan yaitu;
- Ridla pemula (Awam), selalu berusaha
tidak mengeluh dan tidak mengaduh.
- Ridla Khusus (Ahli Hakikat),
membuang
perasaan ridlanya kepada Allah dengan melihat keridlaan Allah kepadanya.
- Ridla Super Khusus (Ahli Ma’rifat),
tidak lagi
merasa ridla kepada Allah dan diridlai oleh Allah, karena seolah-olah ia
menyatu bersama Allah.
v Pengertian Ahwal
Secara bahasa Ahwal yaitu jamak dari kata Hal (keadaan).
(Istilah) Ahwal à Keadaan yang bertempat di hati atau dirasakan oleh hati (Abu Nasr
As-Sarraj at-Thusi w. 378 H).
A.
Sifat-sifat
Ahwal
Ahwal berbeda dengan Maqamat. Maqamat itu diusahakan sedangkan Ahwal tidak. Dalam artian ahwal itu tidak disengaja, tidak diusahakan, dan
datang dengan sendirinya. Sebagaimana sifat hati yang berubah-rubah, ahwal juga
datang silih berganti, datang dan pergi dari hati seorang sufi, tapi terkadang
juga bisa menetap dengan sangat kuat dalam hati. Karena ahwal itu anugerah dari Allah sebagai hasil dari Maqamat yang
ia usahakan.
B.
Bentuk-bentuk
Ahwal
Muraqabah, Khauf, Raja, Syauq, Mahabbah, Thuma’ninah,
Musyahadah dan Yaqin.
1.
Muraqabah
secara etimologi yaitu menjaga atau mengamati. Sedangkan secara terminologi
yaitu Muraqabah,
Khouf, Raja, Syauq, Mahabbah, Thuma’ninah, Musyahadah dan Yaqin.
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ
وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (التوبة : 78)
مَا الإِحْسَانُ قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ،
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ » (متفق عليه
2.
Khauf secara etimologi yaitu takut. Sedangkan secara terminologi yaitu takut
kepada Allah atau takut terhadap hukumNya.
Al-khauf adalah suatu keadaan hati yang merasa
takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya atau rasa takut dan
khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang kepadanya. Ibn Qayyim
memandang khauf sebagai perasaan bersalah dalam setiap tarikan nafas. Sebagaimana Allah berfirman di dalam Q.S. As-Sajdah: 16;
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ
خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ [ السجدة : 16
3.
Raja’ secara
etimologi yaitu pengharapan. Sedangkan secara terminologi yaitu senangnya hati karena menunggu sang kekasih (Allah)
datang kepadanya. (Al-Ghazali), keterpautan hati kepada sesuatu yang
diinginkannya terjadi di masa akan datang. (al-Qusyairi), kesenangan dari Allah bagi hati orang-orang yang takut, jika tidak karena
itu akan binasalah diri mereka dan hilanglah akal mereka. (Abu Bakar al-Warraq). Allah berfirman di dalam Q.S. Al-Anbiya: 90;
إِنَّهُمْ
كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ [الانبياء : 90]
4.
Syauq secara
etimologi yaitu rindu berat. Sedangkan secara terminologi yaitu bergeloranya
rindu kepada sang kuasa.
Para ahli sufi menyatakan bahwa syauq
merupakan bagian dari mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf adalah suasana kejiwaan yang menyertai
mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta yang murni.
5.
Mahabbah secara
etimologi yaitu cinta atau kecenderungan hati. Sedangkan secara terminologi
yaitu keadaan hati yang sangat cinta kepada Allah. Sebagaimana Allah berfirman
didalam Q.S. Al-Baqarah: 165;
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ...
(البقرة : 165)
Alat untuk mencapai mahabbah Para
ahli tasawuf menjawabnya dengan menggunakan pendekatan psikologi, yaitu
pendekatan yang melihat adanya potensi rohaniyag yang ada pada diri manusia dan
dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan
Tuhan. Yaitu:
a.
Al-Qalb adalah
hati sanubari sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.
b.
Ruh adalah alat
untuk mencintai Tuhan.
c.
Sir adalah alat
untuk melihat Tuhan.
6.
Musyahadah
secara etimologi yaitu melihat atau menyaksikan. Sedangkan secara terminologi
yaitu melihat Tuhan
dengan mata hati, tanpa keraguan sedikitpun, bagaikan melihat dengan mata
kepala.
Seorang sufi dalam keadaan tertentu akan dapat
melihat Tuhan dengan mata hatinya. Musyahadah dapat dikatakan merupakan tujuan
akhir dari tasawuf, yakni menemukan puncak pengalaman rohani kedekatan hamba
dengan Allah.
7.
Yaqin secara
etimologi yaitu kepercayaan total. Sedangkan secara terminologi yaitu Al-yaqin berarti perpaduan antara pengetahuan
yang luas serta mendalam dan rasa cinta serta rindu yang mendalam pula sehingga
tertanamlah dalam jiwanya perjumpaan secara langsung dengan Tuhannya.
Dalam pandangan al-Junaid, yaqin adalah
tetapnya ilmu di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak
berubah.
Menurut al-Sarraj, yaqin adalah fondasi dan
sekaligus bagian akhir dari seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin
merupakan esensi seluruh ahwal.
v Fana’ (فناء)
Secara etimologi yaitu hancur, musnah, dan lenyap. Sedangkan secara
terminologi yaitu hilangnya kesadaran terhadap dirinya sendiri atau sesuatu yang melekat pada
diri; atau lenyapnya sifat-sifat kemanusiaan (Basyariyah); atau hilangnya sifat-sifat
tercela.
v Baqa’ (بقاء)
Secara etimologi yaitu tetap, tinggal, kekal. Sedangkan secara
terminologi yaitu kekalnya rasa ketuhanan pada diri manusia; atau kekalnya sifat-sifat
kemanusiaan (Ilahiyah); atau kekalnya sifat-sifat terpuji.
è Fana` Baqa` berarti hilangnya sifat-sifat
kemanusiaan pada diri manusia untuk kemudian berganti menjadi sifat-sifat
ketuhanan.
è Termasuk kategori Hal karena merupakan keadaan
hati dan sifatnya tidak kekal.
è Dipopulerkan oleh Abu Yazid al-Busthomi (w.
874 M). Ia dikisahkan bermimpi ‘menatap’ Tuhan. Ia bertanya: “Bagaimana caranya
agar aku sampai pada-Mu”? Tuhan menjawab: Tinggalkan diri (nafsu) mu dan
kemarilah”.
è Fana` Baqa` berjalan beriringan dan tidak bisa
dipisahkan. Ketika ada Fana`, berarti di situ pula ada Baqa`. Fana` Baqa`
mengarah pada Ittihad.
è Fana` Baqa` dengan pengertian di atas bukanlah
hal yang benar karena seolah-olah manusia ‘bersatu’ dengan Tuhan.
è Fana`
Baqa` diartikan secara benar oleh al-Qusyairi yaitu dengan perkataannya:
“Barang siapa meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela, maka ia sedang fana’
dari syahwatnya, tatkala fana’ dari syahwatnya, ia baqa’ dalam niat dan
keikhlasan ibadah, barang siapa yang hatinya zuhud dari kehidupan, maka ia
sedang fana’ dari keinginannya, berarti pula sedang baqa’ dalam ketulusan
ibadahnya”.
v Ittihad (اتحاد)
Secara
etimologi yaitu bersatu, bergabung, dua hal bergabung menjadi satu. Sedangkan
menurut terminologi yaitu bersatunya sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan, yaitu
ketika seorang sufi merasa dirinya ‘bersatu’ dengan Tuhan.
è Paham ini juga dipopulerkan oleh Abu Yazid
al-Busthami
è Ittihad terbagi menjadi dua tingkat; Pertama
ketika seorang sufi masih merasa sadar dengan sifat kemanusiaannya, yakni
ketika masih sadar perbedaannya dengan Tuhan; Kedua ketika sudah tidak sadar
lagi perbedaan itu.
è Tingkat kedua ini disebut tingkat kebersatuan
mutlak atau bersatunya kebersatuan. Pada tingkat inilah biasanya seorang sufi
mengeluarkan ungkapan-ungkapan ganjil yang disebut dengan Syathahat ( شطحات )
è Paham Ittihad ini banyak ditentang oleh para
ulama karena seolah-olah manusia bisa bersatu dengan Tuhan sehingga seolah-olah
tidak mensucikan Tuhan.
v Hulul (حلول)
Secara etimologi yaitu menempati, bersemayam. Sedangkan secara
terminologi yaitu hulul bertarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
tertentu, yaitu manusia yang telah mampu melenyaokan sifat-sifat kemanusiaannya
melalui fana. Atau dapat disimpulkan halul adalah suatu tahap dimana manusia
dan Tuhan bersatu secara rohaniah. Dalam hal ini pada hakikatnya adalah istilah
lain dari al-ittihad.
è Paham ini mirip dengan paham Ittihad dan
merupakan kelanjutan darinya. Jika dalam Ittihad masih memandang dua unsur,
Adapun Hulul, kedua unsur tadi sudah tidak dilihat lagi sehingga dikatakan
bahwa Tuhan bersemayam dalam diri manusia.
è Paham ini dipopulerkan oleh Husein bin Mansur
al-Hallaj (w. 921 M)
è Paham Hulul ini sangat ditentang oleh para
ulama karena dianggap membahayakan akidah Islam. Dengan paham Hulul, seseorang
bisa mengaku sebagai Tuhan dengan alasan Tuhan bersemayam dalam dirinya. Paham
Hulul juga mengakibatkan seseorang merasa terbebas dari syariat karena merasa
sudah bukan manusia lagi.
è Bahaya inilah yang akhirnya menjadikan
al-Hallaj dijatuhi dihukum mati oleh pengadilan ulama pada saat itu.
v Wahdatul Wujud (وحدة الوجود)
Wahdat al-Wujud adalah ungkapan dua buah kata yaitu, Wahdat dan
al-Wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-Wujud
artinya ada. Dengan demikian kata wahdat al-Wujud dapat diartikan kesatuan
wujud. Paham ini selanjutnya membawa pada timbulnya paham bahwa antara makhluk
(manusia) dan al-Haq (Allah) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan,
sedangkan wujud makhluk adalah bayangan dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun
dari dasar pemikiran sebagaimana dalam al-Hulul bahwa Allah ingin melihat
diriNya diluar diriNya, dan oleh karena itu dijadikanNya alam ini.
v Thariqah (طريقة)
Secara etimologi yaitu jalan, cara, metode. Sedangkan secara
terminologi yaitu Cara para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah yang berisi
amalan-amalan, dzikir-dzikir atau aturan-aturan tertentu.
è Thoriqoh merupakan cara menjalani tasawuf yang
telah dilembagakan dan memiliki aturan-aturan khusus. Tasawuf bersifat teoritis
sedangkan thoriqoh bersifat praktis. Atau dengan kata lain, tarekat merupakan
madzhab-madzhab dalam tasawuf. Dan tarekat merupakan implementasi dari suatu
ajaran tasawuf yang kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi sufi dalam
rangka mengimplementasikan suatu ajaran tasawwuf secara bersama-sama.
è Thoriqoh bersifat subyektif berdasarkan
pengalaman spiritual tokoh perintis yang bersangkutan. Meskipun demikian,
terkadang sebuah Thoriqoh mengalami perkembangan sesuai dengan arahan sang
mursyid.
è Thoriqoh dibagi menjadi 2, yaitu Mu’tabaroh
(legal/diakui oleh agama) dan Ghoiru Mu’tabaroh (ilegal/tidak diakui oleh
agama).
è Syarat Thoriqoh Mu’tabaroh ada dua, yaitu
memiliki sanad yang bersambung sampai Rasulullah Saw dan tidak meninggalkan
syariat.
A.
Dasar-dasar
Umum Thariqah
1. Dalam dunia tasawuf/Thoriqoh, dikenal ada 3
tingkatan, yaitu Syariat, Hakikat dan Ma’rifat. Ketiga-tiganya ini harus
berjalan bersama-sama supaya menjadi sempurna. Ibarat sebuat telur, syariat
adalah kulit luar, hakekat adalah putih telur dan Ma’rifat adalah kuning telur.
- Dalam sebuah tarekat ada seorang pembimbing (guru) disebut Mursyid.
Dan murid-muridnya disebut Salik (orang yang berjalan)
- Metode yang dipakai dalam Thoriqoh bermacam-macam tergantung
pengalaman spiritual perintisnya.
- Ada yang menggunakan metode olah jiwa/ latihan-latihan jiwa, dari
tingkat terendah, yaitu nafsu ammarah, ke tingkat nafsu lawwamah, terus ke
nafsu muthma’inah, lalu ke nafsu mulhamah, kemudian ke tingkat nafsu rodliyah, lalu ke nafsu
mardliyyah, sampai ke nafsu kamaliyyah.
- Ada juga yang menggunakan metode takhalli, tahalli dan akhirnya
tajalli.
- Ada pula yang menggunakan metode dzikir, yaitu dengan cara
mulazamatudz-dzikri, yakni melanggengkan dzikir dan senantiasa mengingat
Allah SWT. dalam keadaan apapun.
7.
Yang dimaksud dzikir dalam thoriqoh adalah bacaan “Allah“
atau bacaan “La ilaaha illallah”. Dzikir dengan bacaan “Allah”, yang biasanya
dilakukan di dalam hati, disebut dengan Dzikir Sirri atau dzikir Khofi atau
dzikir ismu Dzat, yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW. melalui
Sayidina Abu Bakar Ash Shidiq ra. Sedang dzikir dengan bacaan “La ilaaha
illallah”, yang biasanya dilakukan dengan lisan, disebut dzikir jahri atau
Dzikir Nafi Itsbat, yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui Sayidina
Ali bin Abi ra.
- Talqin Dzikir yaitu pendiktean kalimat dzikir La ilaaha illallah
dengan lisan (diucapkan) atau pendiktean Ismudz-Dzat lafadz Allah secara
bathiniyah dari seorang guru mursyid kepada muridnya.
9. Metode yang dipakai dalam berdzikir juga
bermacam-macam. Ada yang berdzkir biasa (mengingat di hati dan melafalkan
dengan lesan); ada yang dengan gerakan khusus, ada yang memakai musik, ada yang
dengan tarian, ada yang dengan mengatur nafas dan lain-lain.
B.
Contoh Thariqah
yang Berkembang Di Indonesia
1.
Thoriqoh Qadiriyah, didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir
Jaelani (470-561 H), ciri Thoriqoh ini adalah bacaan manaqib, yaitu riwayat
hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani. Tarikat ini tersebar di Tiongkok
sampai ke Jawa.
2.
Thoriqoh Rifa’iyah. Mu’assisnya adalah Seorang Wali Agung
Sayid Ahmad Ar-Rifa’i (512-578 H). Tersebar di Aceh, Jawa, Sumatera Barat, dan
Sulawesi. Ciri khasnya adalah tabuhan rabbana dalam wirid yang diikuti dengan
tarian dan debus, yang diiringi zikir-zikir tertentu.
3.
Thoriqoh Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Wali Agung,
Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy-Syadziliy (593-656 H)
4.
Thoriqoh Naqsyabandiyah, didirikan oleh Muhammad bin
Bahauddin al-Bukhari (727-791 H), ia bergelar Naqsyabandi. Tarikat ini banyak
tersebar di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
5.
Thoriqoh Samaniyah, oleh Syaikh Saman. Tarikat ini banyak
tersebar di Palembang, dan Jakarta. Ciri tarikat ini adalah berzikir dengan
suara keras dan melengking.
v Pengertian Masyarakat Modern
Secara bahasa masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang
hidup bersama disuatu tempat dengan iktan aturan tertentu yang bersiafat
mutkhir.
A.
Ciri Masyarakat
Modern Menurut Deliar Noer:
1.
Bersifat
rasional, yakni lebih mengutamakan akal pikiran dari pada pendapat emosi.
2.
Berpikir untuk
masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat,
tetapi selalu dilihat dampak sosialnya lebih jauh.
3.
Menghargai
waktu, yaitu selalu melihat, bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga
dan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
4.
Bersifat
terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan
perbaikan dari manapun datangnya.
5.
Berpikir
obyektif, yaitu melihat sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaan bagi masyarakat.
B.
Problematika
Masyarakat Modern
Sosiolog Prancis Jacques Ellul mengatakan bahwa kemajuan teknologi
akan memberi pengaruh sebagai berikut:
1.
Semua kemajuan
teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi memberi nilai
tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
2.
Nilai-nilai
manusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi.
3.
Semua kemajuan
teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkan.
4.
Efek negetif
teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek posotifnya. Teknologi tidak pernah
netral. Efek negatif dan positif terjadi secara serentak dan tidak terpisahkan.
5.
Semua penemuan
teknologi menimbulkan dampak yang tak terduga Kehadiran ilmu
pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut:
pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut:
1)
Disintegrasi
Ilmu Pengetahuan.
2)
Kepribadian
Yang Terpecah (split personality).
3)
Penyalahgunaan
IPTEK.
4)
Pendangkalan
Iman.
5)
Pola Hubungan
Materialistik.
6)
Menghalalkan
Segala Cara.
7)
Stres da
Frustasi.
8)
Kehilangan
Harga Diri dan Masa Depannya.
Disini tassawuf menawarkan solusinya yaitu dengan cara olah bathin
(mengendalikan nafsu dan bahkan menghilangkannya). Selain itu juga dengan cara
menghiasi diri dengan akhlak terpuji. Yaitu dengan cara sebagai berikut:
1.
Zuhud, dengan
cara hidup
sederhana, hidup wajar, tidak boros, tidak menggunakan harta untuk maksiat.
2.
Qanaah, yaitu menerima hasil, merasa cukup, tidak mencuri,
tidak korupsi dll.
3.
Sabar, yaitu
dengan cara tidak mengeluh, tidak stres, dan tidak mudah marah.
Begitu pula dalam ilmu tassawuf ini harus difahami secara positif,
dalam artian Zuhud bukan berarti miskin, qanaah bukan berarti tidak mau bekerja, sabar
bukan berarti malas, tawadu’ bukan berarti kecil hati dll.
Dampak negatif tassawuf karena akibat pemahaman yang salah, seperti
dalam memaknai ‘Uzlah (mengasingkan diri, menjadi kurang suka bergaul), Membenci keduniaan yang berlebihan sehingga
terkesan malas dan kurang peka masalah-masalah sosial, dan Terkesan lusuh, kotor dan miskin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka kami
menyimpulkan bahwa pengertian ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang membahas
persoalan yang bernilai baik atau buruk, lalu mengemukakan teori-teori yang
dapat dijadikan tuntunan untuk melakukan perbuatan baik, serta petunjuk
mengenai cara-cara menghindari perbuatan buruk. Tasawuf akhlaqi
merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik untuk menguasainya. Tidak
hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan, tetapi harus dilakukan dengan
aktifitas kehidupan manusia.
B.
Saran
Mengingat terbatasnya pengetahuan penulis, begitu pula kurangnya
rasa ingin tahu dari penulis. Berharap bapa dosen, khususnya dosen Akhlak
Tasawuf bisa memaklumi jika terdapat adanya kesalahan dalam penulisan atau
kata-kata dalam resume yang penulis susun. Adapun kebenaran itu datangnya dari
Allah SWT dan kekurangannya datangnya dari penulis sendiri. penulis berharap
pembaca tidak puas dengan resume yang penulis buat ini dan pada akhirnya
pembaca akan terus memperdalam pengetahuan yang sangat luas. Dalam resume ini
juga, penulis butuh kritikan dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar