AKHLAK TASAWUF

Minggu, 08 Juni 2014

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia sebagaimana disebutkan Ibnu Khaldun memiliki panca indara (anggota tubuh), akal pikiran dan hati sanubari. Ketiga potensi ini harus bersih, sehat, berdaya guna dan dapat bekerja sama secara harmonis. Untuk menghasilkan kondisi seperti itu ada tiga ilmu yang berperan penting. Yang pertama, fiqih berperan dalam membersihkan dan menyehatkan penca indra dan anggoa tubuh. Istilah  yang digunakan fiqih untuk untuk pembersihan dan penyehatan panca indra dan anggota tubuh ini disebut thoharoh (besuci). Karena fiqih banyak berurusan dengan dimensi lahiriyah manusia. Kedua filsafat berperan dalam menggerakan, menyehatkan dan meluruskan akal pikiran. Karenanya filsafat banyak berurusan denga metafisik manusia, dalam rangka menghasilkan konsep-konsep yang menjelaskan inti tentang sesuatu. Ketiga tasawuf berperan dalam membersihkan hati sanubari. Karenanya tasawuf banyak berhubungan dengan dimensi batin manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

Ø  Tasawuf dan Akhlak sangat berkaitan karena Khaliq tidak bisa terpisahkan dengan Makhluk.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَة (متفق عليه)
ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ (رواه ابن ماجه)

v  Pengertian Akhlak
Secara Bahasa Akhlak adalah berasal dari bahasa arab yaitu خُلُق (kebiasaan/perangai), خَلَق (menciptakan), berusaha menciptakan sikap secara kontinyu sehingga menjadi kebiasaan.
Secara Istilah Akhlak ada beberapa pendapat;
  1. Ibnu Maskuwaih:
حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلٰى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رُوِيَةٍ
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
  1. al-Ghazali:
عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا الْافْعَالُ بِسُهُوْلةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Istilah untuk sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

A.    Ciri Akhlak:

1.      Sikap yang tertanam kuat dalam jiwa sehingga telah menjadi kepribadian
2.      Kepribadian tersebut dapat memunculkan perbuatan dengan mudah tanpa banyak pertimbangan
3.      Perbuatan tersebut dilakukan dengan tanpa paksaan dan tidak bersandiwara

B.     Ilmu Akhlak:

1.      Ilmu tentang manusia, hak dan kewajibannya (at-Tahanawi, Kassyaf Ishthilahat al-Funun)
2.      Ilmu yang membahas jiwa manusia dalam hal kecenderungan, kesenangan dan potensinya yang bermacam-macam sehingga bisa mengarah pada kebaikan atau keburukan. (M. Fauqi Hajjaj, at-Tasawuf al-Islami wal Akhlaq)
3.      Ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk  (Abudin Nata, Akhlak Tasawuf)
4.        Ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk (Abudin Nata, Akhlak Tasawuf).

C.    Objek Ilmu Akhlak:
Objek pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri yang telah disebutkan diatas yaitu perbuatan yang dilakukan atas  kehendak dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.
D.    Bentuk-bentuk Akhlak:

1.      Akhlak pribadi (sabar, rajin, disiplin, tanggung jawab dll)
  1.  Akhlak kepada Khaliq/ Allah
  2.  Akhlak kepada sesama Makhluk (Manusia dan Lingkungan).
E.     Tujuan Ilmu Akhlak:
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk. Dan juga menjadi hidup terarah, dihargai dan dihormati manusia serta selamat di dunia dan di akhrirat.
a.      Hidup terarah (disiplin, menghargai waktu dan tidak seenaknya)
b.      Dihargai dan dihormati orang lain (sopan santun, menghargai dan menghormati orang lain)
c.       Selamat dunia akhirat (di dunia dihormati, di akhirat mendapat rahmat).

F.     Manfaat Ilmu Akhlak:

1.      Mengenal akhlak terpuji dan akhlak tercela
  1. Menghindari akhlak tercela dan mengamalkan akhlak terpuji
  2.  Bisa menilai diri sendIlmu Akhlak membahas perbuatan manusia yang merupakan hasil dari mempelajari Tafsir dan Hadis.
  3.  Ilmu Akhlak menyempurnakan ilmu Fikih. Fikih => hukum (kewajiban dan larangan), Akhlak => etika (yang sebaiknya dan tidak sebaiknya dilakukan)
  4.  Ilmu Akhlak juga menyempurnakan ilmu Filsafat. Filsafat => logika (hanya dinalar), Akhlak => dilaksanakan.
  5.  Ilmu Akhlak tak terpisahkan dengan Ilmu Tauhid karena keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan.
  6.  Ilmu Akhlak sejalan dengan Ilmu Tasawuf dan melengkapinya. Tasawuf => spiritual vertikal; Akhlak => Amal Horisontal.
  7.  Ilmu akhlak membantu dan melengkapi ilmu-ilmu keduniaan karena ilmu akhlak mempelajari cara berinteraksi dan bergaul dengan sesama yang hal ini tidak ditemukan dalam ilmu-ilmu keduniaan.

v  Etika, Moral, dan Susila

A.    Etika
Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia , etika diartika ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. Adapun arti dari segi terminologi etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
B.     Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bawa moral adalah penentuan baik buruk terhada perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
C.    Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik dan sila berarti dasar.
Kesusilaan lebih mengacu kepada membimbing, memandu mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
a)      Persamaan antara Etika, Moral, Susila, dan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya.
b)      Perbedaan antara Etika, Moral, Susila, dan Akhlak
Perbedaan moral, etika, susila dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal dan pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menetukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
c)      Sifat Pemikiran
Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila besifat lokal dan individual. Jadi bisa disimpulkan bahwa moral, etika dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan  baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain jika ketika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari tuhan.
d)     Proses Munculnya Perbuatan
Etika muncul ketika ad aide, moral muncul karena pertimbangan suasana, dan akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan.

v  Akhlak Selain Islam

1.      Akhlak pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani bar terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang manusia.
2.      Akhlak pada Agama Nasrani
Pada akhir abad ke3 M tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Dengan demikian ajaran akhlak ini bersifat teo-centi(memusat pada Tuhan) dan Sufistik(bercorak batin).
3.      Akhlak pada Bangsa Romawi
Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.
v  Akhlak pada Agama Islam
Agama Islam intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah . agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memgajarkan kesejahteraan Akhlak islam bercorak pada 2 yaitu : akhlak yang bercorak normatif dan akhlak yang bercorak rasional dan cultural.
Ø  Dasar Akhlak Islam:
·         Al-Qur’an à Semisal wasiat Luqman al-Hakim
·         Hadis à Semisal yang terangkum dalam Kitab Riyadus Shalihin
·         Teladan-teladan Shahabat dan Ulama.
Ø  Karakteristik Akhlak Islam:
·         Utuh dan menyeluruh: mencakup semua aspek kehidupan
·         Cermat dan teliti sesuai dengan kondisi dan peran masing-masing individu
è Antara pemimpin dan yang dipimpin akhlaknya berbeda
è Antara kaya dan miskin akhlaknya juga berbeda
è Antara yang tua dan yang muda akhlaknya juga berbeda dll.


v  Baik dan Buruk

A.    Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata خير dalam bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan denga yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.
Sedangkan yang disebut buruk adalah شر dalam bahasa arab, atau sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.
B.     Sifat Baik dan Buruk
Sifat baik dan buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat yaitu sesuai dengan sifat filsafat itu yakni berubah, relatif nisbi dan tidak universal.
C.     Penentuan Baik dan Buruk

1.      Baik dan Buruk Menurut Adat Istiadat (Sosialisme), menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat.
2.      Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme, menurut paham ini perbuatan baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kenikmatan dan kepuasan nafsu.
3.      Aliran Humanisme (Kemanusiaan), menurut aliran ini perbuatan baik itu adalah datang dari hati nurani.
4.      Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitarisme, secara harfiah Utilis artinya berguna, menurut paham ini bahwa yang dikatakan baik adalah yang berguna.
5.      Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme, Vital ialah penting /kuat, menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia.
6.      Baik dan Buruk Menurut Paham Religionisme, menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan Tuhan/berdasarkan ajaran agama.
7.      Paham Evolution (Perubahan sedikit demi sedikit), paham ini mengatakan perbuatan baik adalah perbuatan yang berangsur-angsur meningkat menuju arah tujuan yang ingin dicapai.

D.    Baik dan Buruk dalam Islam

·         Secara umum baik dan buruk itu bersumber dari al-Qur’an da Hadits.

·         Selanjutnya ada 2 aliran kalam yang membahas mengenai baik dan buruk

1.      Aliran Asy’ariyah
à Baik dan buruk hanya bisa ditentukan oleh wahyu, akal hanya mendukung
à Akal tidak mampu menentukan baik dan buruk sebelum datangnya wahyu
à Perbuatan sebelum adanya wahyu tidak bisa dikatakan baik atau buruk.


2.      Aliran Muktazilah
à Baik dan buruk bisa ditentukan oleh akal, wahyu hanya mendukung
à Akal mampu menentukan baik dan buruk sebelum datangnya wahyu
à Perbuatan bisa dinilai baik atau buruk meskipun tidak ada wahyu
Contoh: berkata dusta, baik ataukah buruk?

v  Kebebasan

·         Mampu untuk menentukan diri sendiri, tidak dibatasi oleh orang lain;
·         Mampu melakukan sesuatu sesuai yang dimilikinya dan yang diinginkannya;
·         Bisa memilih kemungkinan-kemungkinan yang ada;
·         Bisa berbuat dengan leluasa.
Macam-macam kebebasan yaitu ada Kebebasan Jasmani (Menggerakkan anggota tubuh), Kebebasan Ruhani (Berkehendak), dan Kebebasan Moral (Tidak ada paksaan atau tekanan). Aliran yang membahas soal kebebasan manusia adalah aliran Qadariyah dan Jabariyah.

v  Tanggung Jawab

·         Bersedia melakukan tugas dan kewajiban;
·         Kesadaran untuk menjaga keadilan, keamanan dan kedamaian;
·         Menerima pembebanan sebagai akibat perbuatan sendiri.
Sikap tanggung jawab ini menjadi penyeimbang dari kebebasan.

v  Hati Nurani
Hati nurani atau intuisi merupakan unsur ruhani yang ada pada diri manusia. Melalui unsur ini, manusia bisa melepas semua kepentingan duniawinya sehingga dapat memperoleh ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan. Karena sifat yang demikian itu, maka hati nurani bisa melahirkan rasa kasih sayang tanpa memperhatikan kepentingan duniawi.

v  Hubungan antara Kebebasan, Tanggung Jawab, Hati Nurani dan akhlak

1.      Ketiga hal di atas bisa mempengaruhi perbuatan/akhlak seseorang
2.      Kebebasan jika dimaknai negatif akan melahirkan akhlak yang buruk karena berarti hanya meminta hak tanpa memperdulikan kewajiban
3.      Sikap tanggung jawab bisa mengendalikan sikap bebas yang negatif karena berarti bersedia melakukan kewajiban di samping menuntut hak. Dengan demikian terciptalah keadilan.
4.      Hati nurani posisinya lebih tinggi daripada rasa tanggung jawab karena berarti tidak lagi memperdulikan hak sehingga terciptalah rasa kasih sayang.

v  Keadilan

·         Adil bisa berarti seimbang, setara, setimpal, tengah-tengah dan tidak berbuat dzalim. Adil juga bisa diartikan memberikan sesuatu kepada orang sesuai dengan haknya, tidak kurang dan tidak lebih. 
·         Keadilan berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia. Sikap adil berarti melaksanakan kewajiban di samping menuntut hak.
·         Adil dalam membalas berarti memberikan balasan yang setimpal, tidak ditambah-tambahi.
·         Adil berarti tidak pilih kasih, tidak sewenang-wenang dan tidak nepotisme.
·         Sikap adil harus dilakukan dalam setiap situasi, bahkan diwajibkan oleh agama.
·         Sikap adil adalah sikap minimal yang harus dimiliki seseorang. Jika tidak bisa berbuat kasih sayang, maka minimal harus berbuat adil.
·         Sikap adil muncul dari rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh manusia.

v  Kasih Sayang

·         Kasih sayang berarti merelakan hak atau melakukan kewajiban melebihi dari yang semestinya.
·         Kasih sayang juga berarti memaafkan, merelakan, bersabar dan tidak membalas.
·         Kasih sayang lebih tinggi kedudukannya daripada keadilan.
·         Rasa kasih syang hukumnya Sunah, sedangkan sikap adil adalah wajib.


v  Hubungan antara Keadilan dan Kasih Sayang dalam al-Qur’an

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ ... ( النحل : 90 )
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan kebajikan”.
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ  [النحل : 126]
Artinya: “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan sisksaan yang ditimpakan kepadamu. Tapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang saba”r.
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ  [الشورى : 40]
Artinya: “ Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah”.
وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ  [المائدة : 45]
Artinya: “Dan luka-luka pun ada qisas-nya (balasan yang sama), barang siapa melepaskan hak qisas-nya, maka itu menjadi penebus dosa baginya”.
A.    Arti Pembentukan Akhlak
Yaitu usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak manusia dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik secara konsisten.
B.     Metode Pembinaan Akhlak

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan ketuhanan dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. (QS. An-Nahl: 125).
1.      Metode Pembiasaan
·         Bisa melalui sarana peribadatan semisal shalat, puasa dan sedekah. 
·         Bisa melalui rutinitas sehari-hari seperti makan, tidur, mandi dll
·         Bisa menggunakan metode hadiah dan hukuman.

2.      Metode Nasehat
·         Menjelaskan akhlak terpuji dan tercela serta akibat-akibatnya.
·         Mengingatkan ketika salah.

3.      Metode Keteladanan, metode ini yaitu dengan cara member contoh yang baik.
4.      Metode Diskusi, metode ini jika yang menjadi sasarannya orang dewasa.


v  Ada 3 Aliran Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

1.      Aliran Nativisme
Mengatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor internal yakni faktor dalam diri manusia seperti kecenderungan, bakat, akal, ideologi  dll.
2.      Aliran Empirisme
Mengatakan bahwa faktor dominan dalam pembentukan akhlak adalah faktor eksternal yaitu faktor luar manusia; bisa berupa lingkungan, pendidikan, keadaan rumah tangga dll.
3.      Aliran Konvergensi
Berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaitu perpaduan antara Nativisme dan Empirisme.

v  Pengertian Tassawuf

A.    Tassawuf Secara Bahasa

·         Berasal dari kata ( صُوف ) yang berarti kain dari kulit domba (wol) à karena para sufi dulu memakai pakaian ini untuk menunjukkan kesederhanaan dan zuhud.
·         Berasal dari kata ( صُفة ) yang berarti serambi masjid nabawi à karena tempat ini dahulu ditempati oleh fuqoro kaum muhajirin di Madinah (Ahlus suffah).
·         Berasal dari kata ( صفاء ) yang berarti suci à karena dasar tasawuf adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati dari hawa nafsu duniawi.
·         Berasal dari kata ( صَف ) yang berarti barisan à karena para sufi dianggap berada pada barisan depan di hadapan Allah karena ketinggian derajatnya.
Pendapat yang unggu adalah yang pertama sehingga bisa disebut sufi ( صوفى ) atau Sufiah (صوفية  ).
B.     Tassawuf Secara Istilah
  • Banyak definisi yang disebutkan oleh para sufi tergantung pengalaman yang ia alami dalam proses kesufiannya.
  • Tasawuf bersifat nisbi dan subyektif. Keberhasilan tergantung usaha pelakunya.
  • Beberapa definisi yang disebutkan para sufi, diantaranya:
à Tasawuf: ketika kamu bersama Allah tanpa ada penghalang (Junaid)
à Tasawuf: masuk dalam setiap budi pekerti yang luhur dan keluar dari setiap budi pekerti hina (Muhammad al-Jariri)
à Tasawuf: ketika kamu tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki oleh sesuatu (Samnun al-Muhib) 
à Tasawuf: membebaskan jiwa bersama Allah sesuai kehendak-Nya (Abu Muhammad Ruwaim)
à Tasawuf: mengambil hakikat dan meninggalkan apa yang biasa dimiliki manusia (Ma’ruf al-Kurhi)
à Menjaga dari melihat/menginginkan dunia (Abu bakar As-Syibli)
à Tasawuf: terpisah dari makhluk dan terhubung dengan Yang Haq (Allah) (Abu bakar As-Syibli)
à Seorang sufi itu satu dalam dzatnya, tidak diterima oleh seseorang dan tidak menerima seseorang (Al-Hasan bin Manshur al-Hallaj) 
Definisi-definisi ini memiliki satu titik persamaan yaitu: sungguh-sungguh dalam usaha menghadap kepada Allah. Karena yang menjadi objek tassawuf itu sendiri adalah Dzat Allah yang maha luhur.
Pada dasarnya Tasawuf berasal dari Nabi Muhammad Saw karena selain beliau mendapat syariat, beliau juga mendapat hakikat. Hanya saja syariat itu untuk semua kalangan secara umum, sedangkan hakikat itu untuk kalangan tertentu. Kemudian diteruskan Ali bin Abi Thalib, kemudian menurun pada Hasan al-Basri (w.110H)
Ilmu Tasawuf bersumber dari al-Qur’an, Hadis, Ilham orang-orang shalih dan pengetahuan orang-orang sufi.
Obyek kajian ilmu tassawuf: hal-hal yang perlu diamalkan seorang salik dalam perjalanan spiritualnya seperti ikhlas, zuhud, dzikir, tawadhu’ dll.
Tassawuf memiliki keutamaan yang tinggi karena berhubungan dengan Allah. Awalnya adalah takut kepada Allah, lalu berinteraksi dengan-Nya lalu ma’rifat kepada-Nya. Manfaat dari tassawuf adalah kesucian dan kebersihan hati serta selamat dari penyakit-penyakit hati.
C.    Ada beberapa pendapat mengenai Tassawuf

1.      Agama Kristen
Nabi Isa a.s. puasa siang hari dan ibadah malam hari. Maryam menjadi biarawati. Ini selanjutnya dianggap sumber sikap fakir dalam Tasawuf.
2.      Hindu dan Budha
Mendorong manusia untuk menyatu dengan dewa (Atman dgn Brahman). Selanjutnya ini dianggap sumber Ittihad.
3.      Filsafat Mistik Phytagoras
Menyatakan bahwa roh manusia bersifat kekal, yang selalu ingin menempati surga, namun tidak akan bisa menempati surga bila terkotori oleh jasmani yang sangat menyayangi duniawi. Selanjutnya ini dianggap sumber zuhud.
4.      Pemikiran Neo-Platonisme
Yaitu teori emanasi bahwa segala yang ada merupakan pancaran dari Dzat Yang Maha esa dan sesuatu tersebut akan kembali lagi kepada-Nya. Ini dianggap sumber Wahdatul Wujud.
5.      Islam
Yang benar bahwa Tasawuf Islam itu bersumber dari Agama Islam itu sendiri meskipun ada kesamaan dengan ajaran lain dalam hal Tasawuf.

1.      Al-Qur’an
  Surat As-Syams: 9-10
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا () وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا ()
Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”.
  Surat Ar-Ra’d: 28
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. 
  Surat Fathir: 5
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syetan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”.
2.      Hadis
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Ihsan yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihatnya, maka sesungguhnya Dia melihatmu (H.R. Bukhari Muslim)
ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ
Zuhudlah terhadap dunia maka Allah menyukaimu dan Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia maka merekan menyukaimu. (H.R Ibnu Majah).

1.      Tasawuf Sunni (sesuai dengan sunah-sunah Nabi)  à zuhud, mahabbah, makrifat dll
¡  Tasawuf Akhlaqi (mengutamakan akhlak mulia)
¡  Tasawuf Amali (mengutamakan amal-amal ibadah)
2.      Tasawuf Falsafi (tercampuri filsafat) à fana baqo, ittihad, hulul, wahdatul wujud
Metode pembinaan seorang sufi:
  Takhalli : membersihkan diri dari akhlak tercela
  Tahalli : menghiasi diri dengan akhlak terpuji
  Tajalli : pemantapan secara istiqomah shg tercapai makrifat.

v  Pengertian Maqamat
Secara Bahasa Maqamat jama’ dari kata Maqam (kedudukan atau tingkatan).
Secara istilah maqamat yaitu kedudukan atau tingkatan seorang hamba di hadapan Allah yang diperoleh melalui serangkaian pengabdian (ibadah), kesungguhan melawan hawa nafsu (mujahadah), latihan-latihan spiritual (riyadhah) dan mengerahkan segenap jiwa raga semata-mata kepada Allah.. (Abu Nasr As-Sarraj w. 378 H).
Sifat maqamat itu sendiri yaitu dengan cara dijalani, diraih, dan diusahakan, urutnya seperti anak tangga dari bawah ke atas.
Ada beberapa perbedaan dalam bentuk-bentuk maqamat dan urutan-urutannya;
1.      Abu Nasr As-sarraj mengatakan dari Taubat, Wara’, Zuhud, Faqr, Sabar, Tawakkal, kemudian Ridha.
2.      Imam Al-Ghazali mengatakan dari Taubat, Sabar, Faqir, Zuhud, Tawakal, Mahabah, Ma’rifat, kemudian Ridha.
3.      Al-Kalabadhi (w. 990), mengatakan dari Taubat, Zuhud, Sabar, Faqr, Dipercaya, Tawadhu (rendah hati), Tawakal, Ridha, Mahabbah (cinta), kemudianMa’rifat.
Dari semua pendapat di atas yang paling banyak dipakai yaitu pendapat dari Abu Nasr as-Sarraj.
1.      Sabar
Istiqomah melakukan kebaikan, Teguh menghindari keburukan dan Tabah menghadapi cobaan. Sabar ada tiga tingkatan yaitu;
  1. Sabar Pemula (الصبر فى الله \ متصبر  ), masih berjuang untuk sabar (kadang sabar, kadang tidak).
  2. Sabar Khusus (الصبر فى الله و لله \ صابر  ), menikmati/ tidak kaget dengan keadaan.
  3. Sabar Super Khusus (الصبر فى الله و لله وبالله \ صبار  ), tidak ada lagi yang namanya sabar karena semua hal baginya sama.
2.      Tawakkal
Pasrah, dalam arti berserah diri kepada Allah. Tawakkal ini sebagai dasar penting dari tasawuf. Tawakkal ada tiga tingkatan yaitu;
  1. Tawakkal orang Mukmin (Awam), hatinya terpaut kepada Allah.
  2. Tawakkal Khusus (Ahli Hakikat), Tawakkal dalam ketawakkalannya (tawakkal hanya karena Allah, bukan karena sebab lain).
  3. Tawakkal Super Khusus (Ahli Ma’rifat), Merasa benar-benar milik Allah sebagaimana ia tidak ada, dan benar-benar merasa memiliki Allah sebagaimana ia hidup sekarang.
3.      Ridha
Ridha yaitu rela, bahagia, dan tentram. Dan ridha juga tingkatan tertinggi dari maqamat. Ridha ada tiga tingkatan yaitu;
  1. Ridla pemula (Awam), selalu berusaha tidak  mengeluh dan tidak mengaduh.
  2. Ridla Khusus (Ahli Hakikat), membuang perasaan ridlanya kepada Allah dengan melihat keridlaan Allah kepadanya.
  3. Ridla Super Khusus (Ahli Ma’rifat), tidak lagi merasa ridla kepada Allah dan diridlai oleh Allah, karena seolah-olah ia menyatu bersama Allah.

v  Pengertian Ahwal
Secara bahasa Ahwal yaitu jamak dari kata Hal (keadaan).
(Istilah) Ahwal à Keadaan yang bertempat di hati atau dirasakan oleh hati (Abu Nasr As-Sarraj at-Thusi w. 378 H).
A.    Sifat-sifat Ahwal
Ahwal berbeda dengan Maqamat. Maqamat itu diusahakan sedangkan Ahwal tidak. Dalam artian ahwal itu tidak disengaja, tidak diusahakan, dan datang dengan sendirinya. Sebagaimana sifat hati yang berubah-rubah, ahwal juga datang silih berganti, datang dan pergi dari hati seorang sufi, tapi terkadang juga bisa menetap dengan sangat kuat dalam hati.  Karena ahwal itu anugerah dari Allah sebagai hasil dari Maqamat yang ia usahakan.
B.     Bentuk-bentuk Ahwal
Muraqabah, Khauf, Raja, Syauq, Mahabbah, Thuma’ninah, Musyahadah dan Yaqin.
1.      Muraqabah secara etimologi yaitu menjaga atau mengamati. Sedangkan secara terminologi yaitu Muraqabah, Khouf, Raja, Syauq, Mahabbah, Thuma’ninah, Musyahadah dan Yaqin.
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (التوبة : 78)
مَا الإِحْسَانُ قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ » (متفق عليه

2.      Khauf secara  etimologi yaitu takut. Sedangkan secara terminologi yaitu takut kepada Allah atau takut terhadap hukumNya.
Al-khauf adalah suatu keadaan hati yang merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya atau rasa takut dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang kepadanya. Ibn Qayyim memandang khauf sebagai perasaan bersalah dalam setiap tarikan nafas. Sebagaimana Allah berfirman di dalam Q.S. As-Sajdah: 16;
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ [ السجدة : 16

3.      Raja’ secara etimologi yaitu pengharapan. Sedangkan secara terminologi yaitu senangnya hati karena menunggu sang kekasih (Allah) datang kepadanya. (Al-Ghazali), keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa akan datang. (al-Qusyairi), kesenangan dari Allah bagi hati orang-orang yang takut, jika tidak karena itu akan binasalah diri mereka dan hilanglah akal mereka. (Abu Bakar al-Warraq). Allah berfirman di dalam Q.S. Al-Anbiya: 90;

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ [الانبياء : 90]

4.      Syauq secara etimologi yaitu rindu berat. Sedangkan secara terminologi yaitu bergeloranya rindu kepada sang kuasa.
Para ahli sufi menyatakan bahwa syauq merupakan bagian dari mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf  adalah suasana kejiwaan yang menyertai mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta yang murni.
5.      Mahabbah secara etimologi yaitu cinta atau kecenderungan hati. Sedangkan secara terminologi yaitu keadaan hati yang sangat cinta kepada Allah. Sebagaimana Allah berfirman didalam Q.S. Al-Baqarah: 165;

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ... (البقرة : 165)
            Alat untuk mencapai mahabbah Para ahli tasawuf menjawabnya dengan menggunakan pendekatan psikologi, yaitu pendekatan yang melihat adanya potensi rohaniyag yang ada pada diri manusia dan dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Yaitu:
a.       Al-Qalb adalah hati sanubari sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.
b.      Ruh adalah alat untuk mencintai Tuhan.
c.       Sir adalah alat untuk melihat Tuhan.

6.      Musyahadah secara etimologi yaitu melihat atau menyaksikan. Sedangkan secara terminologi yaitu melihat Tuhan dengan mata hati, tanpa keraguan sedikitpun, bagaikan melihat dengan mata kepala.
Seorang sufi dalam keadaan tertentu akan dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya. Musyahadah dapat dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf, yakni menemukan puncak pengalaman rohani kedekatan hamba dengan Allah.
7.      Yaqin secara etimologi yaitu kepercayaan total. Sedangkan secara terminologi yaitu Al-yaqin berarti perpaduan antara pengetahuan yang luas serta mendalam dan rasa cinta serta rindu yang mendalam pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya perjumpaan secara langsung dengan Tuhannya.
Dalam pandangan al-Junaid, yaqin adalah tetapnya ilmu di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak berubah.
Menurut al-Sarraj, yaqin adalah fondasi dan sekaligus bagian akhir dari seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin merupakan esensi seluruh ahwal.

v  Fana’ (فناء)
Secara etimologi yaitu hancur, musnah, dan lenyap. Sedangkan secara terminologi yaitu hilangnya kesadaran terhadap dirinya sendiri atau sesuatu yang melekat pada diri; atau lenyapnya sifat-sifat kemanusiaan (Basyariyah); atau hilangnya sifat-sifat tercela.

v  Baqa’ (بقاء)
Secara etimologi yaitu tetap, tinggal, kekal. Sedangkan secara terminologi yaitu kekalnya rasa ketuhanan pada diri manusia; atau kekalnya sifat-sifat kemanusiaan (Ilahiyah); atau kekalnya sifat-sifat terpuji.
è Fana` Baqa` berarti hilangnya sifat-sifat kemanusiaan pada diri manusia untuk kemudian berganti menjadi sifat-sifat ketuhanan.
è Termasuk kategori Hal karena merupakan keadaan hati dan sifatnya tidak kekal.
è Dipopulerkan oleh Abu Yazid al-Busthomi (w. 874 M). Ia dikisahkan bermimpi ‘menatap’ Tuhan. Ia bertanya: “Bagaimana caranya agar aku sampai pada-Mu”? Tuhan menjawab: Tinggalkan diri (nafsu) mu dan kemarilah”.
è Fana` Baqa` berjalan beriringan dan tidak bisa dipisahkan. Ketika ada Fana`, berarti di situ pula ada Baqa`. Fana` Baqa` mengarah pada Ittihad.
è Fana` Baqa` dengan pengertian di atas bukanlah hal yang benar karena seolah-olah manusia ‘bersatu’ dengan Tuhan.
è  Fana` Baqa` diartikan secara benar oleh al-Qusyairi yaitu dengan perkataannya: “Barang siapa meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela, maka ia sedang fana’ dari syahwatnya, tatkala fana’ dari syahwatnya, ia baqa’ dalam niat dan keikhlasan ibadah, barang siapa yang hatinya zuhud dari kehidupan, maka ia sedang fana’ dari keinginannya, berarti pula sedang baqa’ dalam ketulusan ibadahnya”.

v  Ittihad (اتحاد)
Secara etimologi yaitu bersatu, bergabung, dua hal bergabung menjadi satu. Sedangkan menurut terminologi yaitu bersatunya sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan, yaitu ketika seorang sufi merasa dirinya ‘bersatu’ dengan Tuhan.
è Paham ini juga dipopulerkan oleh Abu Yazid al-Busthami
è Ittihad terbagi menjadi dua tingkat; Pertama ketika seorang sufi masih merasa sadar dengan sifat kemanusiaannya, yakni ketika masih sadar perbedaannya dengan Tuhan; Kedua ketika sudah tidak sadar lagi perbedaan itu.
è Tingkat kedua ini disebut tingkat kebersatuan mutlak atau bersatunya kebersatuan. Pada tingkat inilah biasanya seorang sufi mengeluarkan ungkapan-ungkapan ganjil yang disebut dengan Syathahat ( شطحات )  
è Paham Ittihad ini banyak ditentang oleh para ulama karena seolah-olah manusia bisa bersatu dengan Tuhan sehingga seolah-olah tidak mensucikan Tuhan.

v  Hulul (حلول)
Secara etimologi yaitu menempati, bersemayam. Sedangkan secara terminologi yaitu hulul bertarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah mampu melenyaokan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana. Atau dapat disimpulkan halul adalah suatu tahap dimana manusia dan Tuhan bersatu secara rohaniah. Dalam hal ini pada hakikatnya adalah istilah lain dari al-ittihad.
è Paham ini mirip dengan paham Ittihad dan merupakan kelanjutan darinya. Jika dalam Ittihad masih memandang dua unsur, Adapun Hulul, kedua unsur tadi sudah tidak dilihat lagi sehingga dikatakan bahwa Tuhan bersemayam dalam diri manusia. 
è Paham ini dipopulerkan oleh Husein bin Mansur al-Hallaj (w. 921 M)
è Paham Hulul ini sangat ditentang oleh para ulama karena dianggap membahayakan akidah Islam. Dengan paham Hulul, seseorang bisa mengaku sebagai Tuhan dengan alasan Tuhan bersemayam dalam dirinya. Paham Hulul juga mengakibatkan seseorang merasa terbebas dari syariat karena merasa sudah bukan manusia lagi.
è Bahaya inilah yang akhirnya menjadikan al-Hallaj dijatuhi dihukum mati oleh pengadilan ulama pada saat itu.

v  Wahdatul Wujud (وحدة الوجود)
Wahdat al-Wujud adalah ungkapan dua buah kata yaitu, Wahdat dan al-Wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-Wujud artinya ada. Dengan demikian kata wahdat al-Wujud dapat diartikan kesatuan wujud. Paham ini selanjutnya membawa pada timbulnya paham bahwa antara makhluk (manusia) dan al-Haq (Allah) sebenarnya satu kesatuan dari wujud Tuhan, sedangkan wujud makhluk adalah bayangan dari wujud Tuhan. Paham ini dibangun dari dasar pemikiran sebagaimana dalam al-Hulul bahwa Allah ingin melihat diriNya diluar diriNya, dan oleh karena itu dijadikanNya alam ini.

v  Thariqah (طريقة)
Secara etimologi yaitu jalan, cara, metode. Sedangkan secara terminologi yaitu Cara para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah yang berisi amalan-amalan, dzikir-dzikir atau aturan-aturan tertentu.
è Thoriqoh merupakan cara menjalani tasawuf yang telah dilembagakan dan memiliki aturan-aturan khusus. Tasawuf bersifat teoritis sedangkan thoriqoh bersifat praktis. Atau dengan kata lain, tarekat merupakan madzhab-madzhab dalam tasawuf. Dan tarekat merupakan implementasi dari suatu ajaran tasawuf yang kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi sufi dalam rangka mengimplementasikan suatu ajaran tasawwuf secara bersama-sama.
è Thoriqoh bersifat subyektif berdasarkan pengalaman spiritual tokoh perintis yang bersangkutan. Meskipun demikian, terkadang sebuah Thoriqoh mengalami perkembangan sesuai dengan arahan sang mursyid.
è Thoriqoh dibagi menjadi 2, yaitu Mu’tabaroh (legal/diakui oleh agama) dan Ghoiru Mu’tabaroh (ilegal/tidak diakui oleh agama).
è Syarat Thoriqoh Mu’tabaroh ada dua, yaitu memiliki sanad yang bersambung sampai Rasulullah Saw dan tidak meninggalkan syariat.
A.    Dasar-dasar Umum Thariqah

1.      Dalam dunia tasawuf/Thoriqoh, dikenal ada 3 tingkatan, yaitu Syariat, Hakikat dan Ma’rifat. Ketiga-tiganya ini harus berjalan bersama-sama supaya menjadi sempurna. Ibarat sebuat telur, syariat adalah kulit luar, hakekat adalah putih telur dan Ma’rifat adalah kuning telur.
  1. Dalam sebuah tarekat ada seorang pembimbing (guru) disebut Mursyid. Dan murid-muridnya disebut Salik (orang yang berjalan) 
  2. Metode yang dipakai dalam Thoriqoh bermacam-macam tergantung pengalaman spiritual perintisnya.
  3. Ada yang menggunakan metode olah jiwa/ latihan-latihan jiwa, dari tingkat terendah, yaitu nafsu ammarah, ke tingkat nafsu lawwamah, terus ke nafsu muthma’inah, lalu ke nafsu mulhamah, kemudian  ke tingkat nafsu rodliyah, lalu ke nafsu mardliyyah, sampai ke nafsu kamaliyyah.
  4. Ada juga yang menggunakan metode takhalli, tahalli dan akhirnya tajalli.
  5. Ada pula yang menggunakan metode dzikir, yaitu dengan cara mulazamatudz-dzikri, yakni melanggengkan dzikir dan senantiasa mengingat Allah SWT. dalam keadaan apapun. 
7.      Yang dimaksud dzikir dalam thoriqoh adalah bacaan “Allah“ atau bacaan “La ilaaha illallah”. Dzikir dengan bacaan “Allah”, yang biasanya dilakukan di dalam hati, disebut dengan Dzikir Sirri atau dzikir Khofi atau dzikir ismu Dzat, yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW. melalui Sayidina Abu Bakar Ash Shidiq ra. Sedang dzikir dengan bacaan “La ilaaha illallah”, yang biasanya dilakukan dengan lisan, disebut dzikir jahri atau Dzikir Nafi Itsbat, yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui Sayidina Ali bin Abi ra.
  1. Talqin Dzikir yaitu pendiktean kalimat dzikir La ilaaha illallah dengan lisan (diucapkan) atau pendiktean Ismudz-Dzat lafadz Allah secara bathiniyah dari seorang guru mursyid kepada muridnya.  
9.      Metode yang dipakai dalam berdzikir juga bermacam-macam. Ada yang berdzkir biasa (mengingat di hati dan melafalkan dengan lesan); ada yang dengan gerakan khusus, ada yang memakai musik, ada yang dengan tarian, ada yang dengan mengatur nafas dan lain-lain.

B.     Contoh Thariqah yang Berkembang Di Indonesia

1.      Thoriqoh Qadiriyah, didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani (470-561 H), ciri Thoriqoh ini adalah bacaan manaqib, yaitu riwayat hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani. Tarikat ini tersebar di Tiongkok sampai ke Jawa.
2.      Thoriqoh Rifa’iyah. Mu’assisnya adalah Seorang Wali Agung Sayid Ahmad Ar-Rifa’i (512-578 H). Tersebar di Aceh, Jawa, Sumatera Barat, dan Sulawesi. Ciri khasnya adalah tabuhan rabbana dalam wirid yang diikuti dengan tarian dan debus, yang diiringi zikir-zikir tertentu.
3.      Thoriqoh Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Wali Agung, Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy-Syadziliy (593-656 H)
4.      Thoriqoh Naqsyabandiyah, didirikan oleh Muhammad bin Bahauddin al-Bukhari (727-791 H), ia bergelar Naqsyabandi. Tarikat ini banyak tersebar di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
5.      Thoriqoh Samaniyah, oleh Syaikh Saman. Tarikat ini banyak tersebar di Palembang, dan Jakarta. Ciri tarikat ini adalah berzikir dengan suara keras dan melengking.


v  Pengertian Masyarakat Modern
Secara bahasa masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan iktan aturan tertentu yang bersiafat mutkhir.
A.    Ciri Masyarakat Modern Menurut Deliar Noer:

1.      Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan akal pikiran dari pada pendapat emosi.
2.      Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya lebih jauh.
3.      Menghargai waktu, yaitu selalu melihat, bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
4.      Bersifat terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.
5.      Berpikir obyektif, yaitu melihat sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaan bagi masyarakat.

B.     Problematika Masyarakat Modern
Sosiolog Prancis Jacques Ellul mengatakan bahwa kemajuan teknologi akan memberi pengaruh sebagai berikut:
1.      Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi memberi nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
2.      Nilai-nilai manusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi.
3.      Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkan.
4.      Efek negetif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek posotifnya. Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi secara serentak dan tidak terpisahkan.
5.      Semua penemuan teknologi menimbulkan dampak yang tak terduga Kehadiran ilmu 
pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai
berikut:

1)      Disintegrasi Ilmu Pengetahuan.
2)      Kepribadian Yang Terpecah (split personality).
3)      Penyalahgunaan IPTEK.
4)      Pendangkalan Iman.
5)      Pola Hubungan Materialistik.
6)      Menghalalkan Segala Cara.
7)      Stres da Frustasi.
8)      Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya.
Disini tassawuf menawarkan solusinya yaitu dengan cara olah bathin (mengendalikan nafsu dan bahkan menghilangkannya). Selain itu juga dengan cara menghiasi diri dengan akhlak terpuji. Yaitu dengan cara sebagai berikut:
1.      Zuhud, dengan cara hidup sederhana, hidup wajar, tidak boros, tidak menggunakan harta untuk maksiat.
2.      Qanaah, yaitu menerima hasil, merasa cukup, tidak mencuri, tidak korupsi dll.
3.      Sabar, yaitu dengan cara tidak mengeluh, tidak stres, dan tidak mudah marah.
Begitu pula dalam ilmu tassawuf ini harus difahami secara positif, dalam artian Zuhud bukan berarti miskin, qanaah bukan berarti tidak mau bekerja, sabar bukan berarti malas, tawadu’ bukan berarti kecil hati dll.
Dampak negatif tassawuf karena akibat pemahaman yang salah, seperti dalam memaknai ‘Uzlah (mengasingkan diri, menjadi kurang suka bergaul), Membenci keduniaan yang berlebihan sehingga terkesan malas dan kurang peka masalah-masalah sosial, dan Terkesan lusuh, kotor dan miskin.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka kami menyimpulkan bahwa pengertian ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang membahas persoalan yang bernilai baik atau buruk, lalu mengemukakan teori-teori yang dapat dijadikan tuntunan untuk melakukan perbuatan baik, serta petunjuk mengenai cara-cara menghindari perbuatan buruk. Tasawuf akhlaqi merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan, tetapi harus dilakukan dengan aktifitas kehidupan manusia.
B.     Saran

Mengingat terbatasnya pengetahuan penulis, begitu pula kurangnya rasa ingin tahu dari penulis. Berharap bapa dosen, khususnya dosen Akhlak Tasawuf bisa memaklumi jika terdapat adanya kesalahan dalam penulisan atau kata-kata dalam resume yang penulis susun. Adapun kebenaran itu datangnya dari Allah SWT dan kekurangannya datangnya dari penulis sendiri. penulis berharap pembaca tidak puas dengan resume yang penulis buat ini dan pada akhirnya pembaca akan terus memperdalam pengetahuan yang sangat luas. Dalam resume ini juga, penulis butuh kritikan dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

Powered By Blogger

Penanyang Q :)